Sabtu, 20 November 2010

Sang Ajal

Ketika ujung pedang Sang ajal datang mendekat
Tiada waktu tersisa untuk menyesali apa yang terjadi dalam hidup.

Ketika rantai besi Sang ajal kencang mengikat
Tak akan mampu lagi kita tuk berlari dari kenyataan takdir.

Ketika bengis Sang ajal tiada belas kasih menampakkan wujudnya.
Tiada lagi ampunan atas kesalahan walaupun berjuta kali kita memohon.

Ketika godam Sang ajal dengan keras menghantam.
Takkan mampu lagi berdiri dengan semua angkuh, rapuh raga yang memaksa kita tuk tunduk dan bersujud.

Ketika Sang ajal datang dan membinasakan.
Tiada lagi harta dan materi yang tersisa untuk kita tawarkan atas harga dari hidup menjelang akhir.

Ketika dingin Sang ajal mencipta kebekuan dalam hati.
Tiada lagi rasa...tiada lagi canda dan tawa berselimut bahagia, tiada lagi luka dan duka yang datang bersama derita.

Ketika Sang ajal datang menjemput...HENING.


Semoga kita mampu dan menghargai hidup yang telah diberikan oleh Tuhan, sehingga tiada penyesalan nantinya.

Jumat, 19 November 2010

19-11-2010

Menuangkan rasaku hari ini...hanya merangkai kata yang dapat mewakili. Tak perlu terlalu puitis, romantis, atau bahkan terdengar tragis...hanya menulis.


Luka ini tlah membeku,
ketika raungan duka menerpa asaku
Kembali berjalan mencari rasaku,
kupungutnya dari dunia satu per satu

Bagai gemuruh ombak,
kelam datang kini ku terjebak
namun sisa hati masih mampu
samarkan hitam mengharu biru

Aku mampu melangkah,
dan masih akan terus melangkah.
Seorang Adam yang takkan memudar,
walau habis waktu takkan lagi tersadar.

Aku terus mencoba,
dan takkan lagi tiada.

Ketika terluka...terjatuh hingga tiada lagi titik yang jauh lebih dalam lagi...jatuh sejatuhnya seorang manusia. Tak perlu meratapi apa yang telah terjadi...karena meratap takkan menghasilkan apapun,hanya menggali luka lebih dalam. Teruslah melangkah karna mampu untuk melangkah.


Nun jauh ku pandangi,
asa yang kian meredup dan terbuang
Tak kuasa ku bersanding dengan sepi
Tak kunjung jua ku mengerti indah mimpi

Tuhanku pahami sejatiku,
di balik kepalsuan topeng senyumku.

Kini aku berserah kepadanya,aku percaya.


Tak ada yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan jika kita percaya pada rencana Tuhan atas kita...karna Tuhan memahami dan mengerti keapaadaan kita. Langkahkan kaki, beranjak dari masa lalu...mulai belajar dari kesalahan, mulai belajar untuk bermimpi...percaya bahwa semua indah pada waktunya.

Kamis, 18 November 2010

Mereka yang Terlupakan

Siapakah mereka
terkapar diam tanpa kata
Hanya nisan berhias nama
sepenggal tanda atas semua jasa

Mereka yang terlupa
Mereka yang tlah tiada
bukan jasad yang terlupa dan tiada
melainkan memori
atas apa yang tlah mereka cipta

Nisan mereka yang terlupakan...berjajar dalam diam, takkan beranjak dari sepi...tak terhiraukan.
Nisan mereka yang terlupakan...saksi bisu atas semua perjuangan, tanpa mengharap balas..."Sebuah Keikhlasan".
Doa dan Hormatku...untuk kalian yang terlupakan.


Taman Makam Pahlawan Semarang

Tiada Damai

Pernahkah kita merasa
sesak ketika berpijak pada dunia
Pernahkah kita merasa
tersiksa oleh hiruk pikuk dunia

Dahulu, tiada bising yang memekakkan seluruh penjuru dunia...gemuruh yang tercipta karna manusia. Manusia-manusia yang kini memenuhi dan menjejali dunia...hingga kini tiada sejengkalpun hening yang tersisa.

Mungkin nanti, tiada lagi damai yang tercipta dari hening...merindu sepi.
Mungkin nanti, tiada yang tersisa dari dunia, tiada lagi tempat berpijak...menyesakkan.

“Oh Dunia, Ada Apa Denganmu Kini?”

Oh dunia,kini
engkau laksana samudra dosa
takkan pernah mengering
walau terik mentari membakar tiada henti

Oh dunia,kini
engkau slalu berselimut mendung
hitam gelap tiada berbatas
laksana duka di ujung pelangi bahagia

Oh dunia,kini
hanya sekelumit cahaya yang terlihat
ketika aku
memandang dan merenungkan Engkau

Oh dunia
semoga kelammu tak abadi
semoga tangismu tak lagi terlihat
semoga ratapanmu tak lagi terdengar


Oh dunia, ada apa denganmu?” Kenapa engkau terlihat berbeda? Apa yang terjadi denganmu? Kulihat kini engkau berlumur dosa, bukan dosa yang kau perbuat melainkan dosa yang kami perbuat...kami manusia yang menumpang hidup bagai benalu. Benar-benar tak tahu diri, kami menumpang hidup namun meracunimu dengan dosa-dosa kami.

Oh dunia, ada apa denganmu?” Setiap hari hanya gelap yang kulihat di langitmu...mendung. Simbolisasi atas kedukaanmu terhadap apa yang kami perbuat terhadapmu.

Oh dunia, ada apa denganmu?” Tiada lagi cahaya yang terpancar darimu...cahaya yang dahulu merefleksikan indahmu. Hanya kelam yang kurasa ketika melihatmu, hanya kelam yang ku temu di kala ku merenung tentangmu. Semoga kelam itu takkan abadi sehingga aku tak perlu melihatmu menangis, tak perlu mendengarmu meratap. Oh Dunia, ada apa denganmu?